top of page

Neurosains dan Kurikulum Pendidikan

Satrianawati

Harbin Normal University

Ahmad Dahlan University


Jika dikaitkan dengan perkembangan hakikat diri manusia, setidaknya ada dua ilmu pengetahuan (sains) yang berkembang sangat pesat di dunia ini, khususnya di dunia barat. Dua ilmu pengetahuan itu adalah fisika kuantum dan neurosains. Fisika Kuantum sering dipahami sebagai ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan eksplorasi alam semesta dan implikasinya tentang posisi manusia di alam semesta. Sedangkan Neurosains secara harfiah ilmu tentang otak. Neurosains adalah ilmu yang mengkaji diri manusia sebagai proses yang berlangsung pada tingkat sel saraf hingga proses perhubungan manusia dengan Tuhan. Namun demikian Neurosains tampaknya mendapat perhatian lebih dibandingkan dengan fisika Kuantum, mengingat ilmu ini lebih berkaitan secara langsung dengan eksistensi diri manusia sebagai makhluk Tuhan yang sangat unik.


Dalam kehidupan sehari-hari istilah neurosains ≠ Neurologi. Neurosains memiliki makna atau pengertian yang jauh lebih luas bila dibandingkan dengan neurologi. Pada awalnya neurosains merupakan cabang dari ilmu biologi. Namun, ilmu ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga menarik berbagai disiplin ilmu lain untuk memanfaatkan pendekatan neurosains termasuk diantaranya adalah disiplin ilmu psikologi neuro dan kognitif, ilmu komputer, statistik, dan kedokteran.


Memasuki Era Milenium, Oktober 2004, sekelompok ahli yang menekuni riset-riset otak berkumpul di sebuah pegunungan di Dharmasala, India. Dalam pertemuan itu, para ahli otak kelas dunia berkumpul membicarakan tentang hal ihwal Otak meditasi dan relaksasi. Pertemuan itu juga membicarakan topic neuroplastisitas yaitu kemampuan sel-sel saraf merubah diri. Ini adalah soal kapasitas otak untuk berubah baik karena pengaruh sengaja dari luar maupun karena perubahan metabolisme dalam otak.


Sebagai sebuah ilmu pengetahuan (sains), neurosains memiliki banyak fungsi bagi manusia. Berbagai penemuan neurosains telah terbukti secara ilmiah berguna, tidak hanya dibidang kedokteran, seperti pengobatan pada penyakit-penyakit otak (misalnya Parkinson, schizophrenia, autism, stroke, dan lain-lain), tetapi juga dalam bidang manajemen dan bisnis (misalnya brainware management, Neurolinguistic Programming, right brain training, dan lain-lain), bidang psikologi (misalnya emotional spiritual intelligence dan neuropsikologi) filsafat (misalnya, beberapa teori tentang “kesadaran”), dan bidang pendidikan.


Di Indonesia penemuan Neurosains di bidang pendidikan belum terlalu banyak digunakan sebagai bahan penyusunan Kurikulum Pendidikan. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan sebagian besar para pelaku pendidikan dalam memahami penemuan-penemuan di bidang neurosains. Padahal, sebagaimana kita ketahui, aktivitas pendidikan bagaimanapun bentuknya selalu berkaitan dengan otak sebagai subjek utama kajian neurosains.


Berbeda dengan Indonesia, sebagian Besar, Negara-negara Barat, Neurosains telah menjadi sains penting yang dijadikan sebagai alat untuk merumuskan Kurikulum Pendidikan. Misalnya konsep dan aplikasi kelas akselerasi yang belakangan mulai marak di lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Hasilnya sungguh luar biasa pendidikan di dunia barat dengan kurikulum yang berbasis neurosains mengalami perkembangan yang luar biasa, dimana banyak sekali penemuan-penemuan mutakhir, baik di bidang teknologi maupun kesehatan berhasil ditemukan.

Lebih lanjut dalam evaluasi PISA pada artikel sebelumnya (link) membuat kita merasa gerah dan selalu berusaha mengevaluasi proses pendidikan yang kita jalankan. Karena dalam 10 tahun terkahir memperlihatkan hasil pendidikan siswa Indonesia yang masih sangat rendah atau berada di level 2. Berdasarkan hal tersebut, solusi yang ditawarkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia adalah dilibatkannya ahli neurosains dalam penyusunan kurikulum Pendidikan. Bukan tidak mungkin, tetapi kajian pendidikan sangat berkaitan dengan perubahan pola pikir manusia. Sudahkah pendidikan kita memahami cara kerja otak sehingga melakukan relaksasi pikiran untuk siswa yang sedang belajar dalam proses pembelajaran di kelas online dan ofline? Bagaimana seharusnya? Sekedar informasi di China upaya ini dilakukan dengan setiap 1 jam pembelajaran siswa dibiarkan beristrahat 10 menit untuk melanjutkan materi dengan durasi pertemuan 2 jam. Semoga kita bisa mengambil pelajaran. Tulisan ini sebagai pemantik dan dapat dijadikan bahan diskusi lebih lanjut bersama segelas kopi di ruang santai Anda.


Sumber:

1.Hernanta, Iyan. 2013. Ilmu Kedokteran Lengkap Tentang Neurosains.Yogyakarta: D-Medika

2.PISA Results. https://www.oecd.org/pisa/publications/pisa-2018-results.htm.

Fahdi Fahlevi .Tingkat Literasi Siswa Indonesia di Peringkat PISA Masih Rendah, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/03/22/kemendikbud-tingkat-literasi-siswa-indonesia-di-peringkat-pisa-masih-rendah.

 

Commentaires


bottom of page