top of page

Sinyal-Sinyal Bank Digital di Indonesia




Anak Agung Ayu Putri Ardyanti

Harbin University of Science and Technology



Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan ada tujuh bank yang mengajukan izin menjadi bank digital. Ini merupakan respons atas semakin semaraknya transaksi perbankan melalui aplikasi di telepon selular. Deputi Direktur Basel dan Perbankan Internasional OJK Tony menyebutkan 7 bank tengah melakukan proses menjadi bank digital yaitu Bank BCA Digital, PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO), PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), PT Bank Capital Tbk (BACA), PT Bank Harda Internasional (BBHI), PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW), dan PT Bank KEB Hana sementara 5 bank lainnya telah eksis sebagai bank digital.


Sebenarnya apa yang harus kita ketahui tentang bank digital dan trendnya di seluruh dunia. Menurut OJK mengatakan ada 7 Bank yang sedang menunggu proses menjadi bank digital, diantaranya 1. BCA Digital, BCA pada tahun 2019 telah dengan mengakuisisi Bank Royal dan merubahnya menjadi bank digital, BRI Agro beberapa saat lagi akan mengumumkan nama barunya setelah bertransformasi menjadi bank digital, 3. BNC (Bank Neo Commerce) yang dahulu kita mengenalnya sebagai Bank Yudha Bakti (BBYB) yang kemudian diakuisisi oleh perusahaan Fintech menjadi Bank Neo Commerce, 4.Bank Capital merupakan bank yang tengah ramai di respon positif oleh masyarakat Indonesia, 5.BHI (Bank Harda International) yang 90% kepemilikannya dimiliki oleh CortePora dan akan ditransformasi menjadi bank digital dan nanti Namanya akan berganti menjadi Alo Bank, 6.QNB yang sahamnya melesat beberapa saat dan 7.Keb Hana Bank pada 10 Juni 2021 meluncurkan aplikasi Line Bank dengan menggandeng perusahaan teknologi platform chat terkemuka yaitu Line Coorporation.

Menurut OJK saat ini telah ada 5 Bank yang mendeklarasikan diri sebagai bank Digital. Ini sebenarnya layanan perbankan digital yang disusun oleh bank-bank konvensional yang mentransformasikan dirinya menjadi layanan aplikasi seperti 1. Aplikasi Wokee dari Bank KB Bukopin, 2. Aplikasi jenius dari BTPN, 3. Aplikasi Digibank milik DBS, 4. Aplikasi Tommorow (TMRW) dari UOB dan yang paling fenomenal adalah 5. Bank Arto yang menjadi Bank Jago, Bank Jago telah meluncurkan aplikasinya dan saat ini telah di usung untuk digunakan oleh 2 startup besar milik Indonesia yang baru-baru ini tengah ramai dikabarkan melakukan merger atau kawin yaitu Tokopedia dan Gojek. Semakin ramai persaingan Bank Digital di Indonesia. Jika kita baru-baru Fin Excel Teknologi Indonesia Bank Bisnis Indonesia dan ada perusahaan E-Commerce Raksasa Sea Group (Shopee) yang akan mengakuisisi bank di Indonesia yaitu Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE), dan Perusahaan Multi Arta Sentosa (MAS) milik Wings Group yaitu perusahaan consumer di Indonesia yang digadang-gadang akan melakukan E-IPO, salah satu tujuannya adalah untuk penggalangan dana pengembangan Bank Digital.


Sudah pasti dari persaingan ramainya tumbuhnya bank digital saat ini membuat peta persaingan semakin ketat dan ujung-ujungnya yang bisa kita lihat adalah konsolidasi. Karena dari persaingan yang ketat ini tidak mungkin semuanya akan berjaya ditengah jalan pasti akan ada bank-bank yang akan berguguran dan akan melahirkan pemain-pemain besar dan kuat. Apa keuntungannya untuk kita sebagai nasabah? Sudah pasti kita akan menunggu special offer dari mereka, diskon belanja sampai pengapusan biaya transaksi. Kita sebagai konsumen nantinya yang akan memilih bank digital sesuai kebutuhan kita.


Belum adanya regulasi yag pasti dari OJK tentang pendirian bank digital ini akan membuat bank digital semakin banyak tumbuh. Saat ini OJK menilai bahwa Bank Digital hanya memiliki model bisnis yang berbeda dengan bank konvensional biasa, jadi tidak ada lisensi khusus untuk pendirian Bank Digital. Menurut mereka Bank Digital sama saja seperti bank biasa perbedaannya hanya cara melayani masyarakat saja. OJK tidak mengubah perizinan . Saat ini hanya ada 2 skema pendirian Bank Digital yaitu 1. Pendirian bank baru yang beroperasi sebagai Bank Digital dengan modal minimal Rp 10 Triliun, dan 2. Bank konvensional yang bertransformasi menjadi bank Digital, saat ini di Indonesia tengah marak dengan skema no 2, dimana para pengusaha merasa bahwa akuisi sebuah bank lebih murah dibanding membentuk Bank baru. Menurut OJK perijinan Bank di Indonesia ada 2 yaitu Bank Umum dan Bank BPR, Bank Digital tetap sama dengan jenis bank yang telah ada. Saat ini pasar dan regulasi bisnis menantikan aturan baru dalam regulasi baru dalam dunia perbankan digital oleh OJK. OJK menargetkan akhir dari semester 1 atau akhir Juni 2021 akan selesai dirampungkan. Dalam regulasi bukan hanya mengatur modal, teknologi digital, IT Risk Management, Tata Kelola dan SDM. Di Indonesia kita mengenal sertifikasi ISO 27001 dan ITIL (Information Technology Infrastructure Library), apakah ini akan menjadi masukkan untuk OJK?


Fenomenal bank digital/ Chalenger Bank/ Neo Bank bukan hanya terjadi di Indonesia namun juga di dunia. Apa itu Bank Tradisional, Bank Digital dan Neo Bank? Pemetaan Bank menurut The Nelson Company yaitu:


Gambar 1. Pemetaan Bank menurut Nelson


Jadi Neo Bank disini adalah murni Digital Start-Ups dalam bidang keuangan atau sering kita sebut Fintech. Jadi dapat dikatakan bahwa Neo Bank adalah 100% start up / perusahaan digital telekomunikasi.


4 Tipe Digital Challenger Bank


Gambar 2. Tipe Digital Challenger Bank


Berdasarkan tipe Digital Challenger Bank dibagi menjadi dua berdasarkan ijin pembuatannya yaitu Neo Banks [2]dan Challenger Bank. Neo Banks dibagi kembali berdasarkan kemitraan dengan bank konvensional, ada Chime dan Novo yaitu perusahaan yang berasal dari North America, lalu ada Monese perusahaan dari United Kingdom (Inggris). Challenger Bank yaitu perusahaan yang murni tumbuh dari Teknologi Informasi (Start-Ups bidang Keuangan dan Teknologi / Fintech) seperti N26 dari Jerman dan Revolut dari United Kingdom (Inggris). Dan yang paling menggegerkan dunia saat ini adalah We Bank kepemilikan We Chat yang berasal dari Tiongkok. Bahkan WeBank, bank swasta pertama serta bank online eksklusif pertama di Tiongkok ini berhasil meraih total tiga hadiah di The Asian Banker Awards untuk tahun 2020, termasuk penghargaan untuk “Bank Digital Terbaik di Asia Pasifik,” “Inisiatif Blockchain Terbaik , Aplikasi atau Program” dan “Bank Digital Terbaik di Tiongkok.”


Jadi apakah bank tradisional akan tergeser? Jawabannya tidak karena fungsi dari bank digital berbeda, bank digital lebih menyasar pada personal, sedangkan market perusahaan, KPR tetap diperlukan fungsi bank tradisional. Namun dari yang penulis paparkan akan lebih baik jika bank tradisional khususnya di Indonesia agar merubah imagenya misal dengan memberikan pelayanan seperti tidak ada biaya tersembunyi, tidak ada biaya bulanan atau persyaratan saldo minimum, aplikasi seluler yang sederhana dan mudah digunakan, penerapannya kurang dari 10 menit, layanan pelanggan bertenaga manusia (humanis), transfer gratis terkirim ke email, terintegrasi dengan alat bisnis kecil lainnya, mengembalikan semua biaya ATM.


Reference

C. Indonesia, “Sinyal-Sinyal Bank Digital,” 11/06/2021, 2021. [Online]. Available: https://www.cnbcindonesia.com/market/20210611095259-19-252302/sinyal-sinyal-bank-digital. [Accessed: 18-Jun-2021].


NeoBanks.app, “Complete list of neobanks in the world in 2021,” 2021. [Online]. Available: https://neobanks.app/. [Accessed: 18-Jun-2021].


CBNEditor, “Tencent-backed WeBank Wins Award for Best Digital Bank in the Asia-Pacific - China Banking News,” September 7, 2020. [Online]. Available: https://www.chinabankingnews.com/2020/09/07/tencent-backed-webank-wins-award-for-best-digital-bank-in-the-asia-pacific/. [Accessed: 18-Jun-2021].

 

Comments


bottom of page